Selamat Datang di Website Resmi PT. Jasa Lingkungan Indonesia Hubungi Kami
Tampilkan postingan dengan label Berita Lingkungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita Lingkungan. Tampilkan semua postingan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan saat ini masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk melestarikan lingkungan.

"Disamping sejumlah raihan yang telah kita capai, masih banyak yang perlu dilakukan," kata Presiden Yudhoyono pada Pertemuan Puncak Kehutanan Asia di Jakarta, Senin (5/5/2014) sebagaimana dirilis laman Antara News.Com.

Ia mengatakan hutan dan lahan gambut di Asia Tenggara terus berkurang. Kebakaran hutan masih sering terjadi di Provinsi Riau meski upaya pencegahan sudah terus dilakukan.

Menurut Presiden, pelestarian lingkungan menjadi bagian penting dalam strategi kebijakan pembangunan empat jalur di Indonesia, yang juga mencakup pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan.

Sejumlah kebijakan telah dilaksanakan guna mengurangi degarasi dan perusakan hutan serta emisi karbon.

Presiden Yudhoyono menandatangani moratorium dalam penggunaan lahan hutan pada 2011 untuk melindungi 63 juta hektare hutan dan lahan gambut hingga 2013 dan telah diperpanjang hingga 2015.

Penerapan kebijakan tersebut telah mampu menurunkan deforestasi dari dua juta hektare per tahun menjadi sekitar 400-650 ribu hektare per tahun.

Selain itu, Pemerintah juga mendorong penghutanan kembali melalui program penanaman pohon yang hingga kini telah mencapai empat miliar pohon.

Pemerintah Indonesia menargetkan pengurangan emisi karbon 26 persen sampai tahun 2020.

"Kita mengendalikan untuk mengurangi setara 211 juta ton C02 pertahun dari bisnis biasanya," kata Presiden.

Presiden juga menegaskan bahwa pelestarian juga harus menempatkan masyarakat sekitar sebagai pemangku kepentingan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan harus menjadi perhatian dalam pelestarian alam.

Tingkat pemanasan global di seluruh dunia berbeda

Sementara itu,  sebuah penelitian yang dilakukan para ilmuwan dari Florida State University menunjukkan sekalipun dunia semakin memanas namun ini tidak terjadi pada semua wilayah pada tingkat yang sama karena ada beberapa wilayah yang justru mengalami pendinginan.

Hasil ini didapat setelah tim peneliti melihat tampilan rinci permukaan tanah seluruh dunia selama 100 tahun terakhir. Tampilan ini menggambarkan secara tepat kapan dan pada wilayah dunia mana mulai terjadi pemasanan dan pendinginan.

Informasi terbaru ini membuat para ilmuwan terkejut.

"Pemanasan global tidak seperti yang dipahami seperti yang kita pikir, " kata Asisten profesor metereologi FSU sekaligus ketua peneliti, Zhaohua Wu, seperti dilansir Science Daily.

Dalam penelitian ini Wu bekerjasama dengan sejumlah peneliti lain seperti, Fei Ji seorang mahasiswa doktoral di FSU's Center for Ocean-Atmospheric Prediction Studies (COAPS); Direktur  COAPS Eric Chassignet ; dan  Dekan the College of Atmospheric Sciences di Lanzhou University, China.Jianping Huang,

Mereka menggunakan metode analisis baru yang dikembangkan sendiri untuk meneliti kecenderungan suhu permukaan tanah dari tahun 1900 dan seterusnya di seluruh dunia, kecuali Antartika.

Berdasarkan hasil penelitian terbaru, tim peneliti menemukan wilayah yang pertama kali mengalami pemanasan adalah sekitar daerah mengelilingi Kutub Utara dan daerah subtropis di kedua belahan kutub.

Namun, akumulasi pemanasan terbesar sampai saat ini adalah di mid latitudes utara. Namun para peneliti juga menemukan, pada beberapa daerah di dunia, pendinginan telah benar-benar terjadi.

"Pemanasan global tidak seragam. Ada daerah-daerah yang telah mendingin dan daerah-daerah yang telah menghangat, " kata Chassignet.

Sebagai contoh, dari sekitar 1910-1980, saat seluruh dunia sedang mengalami pemanasan, beberapa daerah selatan khatulistiwa - dekat Andes - benar-benar mengalami pendinginan. Kondisi ini tidak mengalami perubahan sampai pertengahan 1990-an.

Daerah lain di dekat dan bagian selatan khatulistiwa, sama sekali tidak melihat perubahan signifikan dibandingkan dengan seluruh dunia.

Menurut Wu, gambaran rinci tentang kapan dan bagian dunia mana yang telah mengalami pemanasan atau pendinginan akan memberikan konteks yang lebih besar untuk penelitian pemanasan global secara keseluruhan.(Ant/Gs).
Masalah lingkungan sudah menjadi permasalahan yang nampaknya tak pernah usai. Isu lingkungan sudah menjadi isu global. Isu pencemaran air limbah dan sampah, kurangnya air bersih, banjir, kekeringan dan penyakit semakin di dengar dan saksikan dampaknya. Tetapi upaya perbaikan seringkali kalah cepat dengan dampak yang terjadi. BahkanDSC_0305 kerugian ekonomi akibat air bersih dan sanitasi yang belum memadai (2,2% PDB), lebih besar dari kerugian akibat pencemaran udara (1,3%PDB) dan kerusakan lahan (0,13%PDB).

Foto: Pengukuhan Profesor Riset R.Pamekas untuk bidang tekonologi dan manajemen lingkungan
Demikian, pernyataan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto dalam pidato Orasi Pengukuhan Profesor Riset R.Pamekas untuk bidang tekonologi dan manajemen lingkungan, di Jakarta (03/04). Djoko juga menyatakan bahwa teknologi lingkungan yang dihasilkan Badan Litbang PU dengan para tenaga ahlinya sudah ada. “Namun yang sangat disayangkan teknologi itu belum diaplikasikan oleh para pelaksana pembangunan,” ujarnya.

Lingkungan yang sehat sudah barang tentu bisa menghasilkan generasi yang sehat. Perbaikan lingkungan tidak dapat dilakukan secara parsial namun harus komprehensif. Sehingga perlu penanganan yang menempatkan berbagai model Teknologi dan Manajemen Lingkungan (TdmL). Maka tidak heran kDSC_0247arena sanitasi dan air limbah yang kurang baik berdampak kepada timbulnya penyakit seperti diare.

Menghadapi hal ini, Pamekas mengusulkan untuk menyelesaikan masalah ini harus dilakukan penyehatan permukiman. Penyehatan tersebut tidak sekedar sanitasi, tetapi mencakup perbaikan bangunan dan lingkungan rumah maupun perumahan. Juga menyangkut perlindungan sumber sumber air baku untuk air bersih masyarakat dan peningkatan taman kota dan ruang terbuka hijau. Tak kalah penting yaitu peningkatan budaya daur ulang air limbah dan sampah menjadi energy terbarukan. “Hal ini harus dilakukan sinergi dan memanfaatkan IPTEK,” tegas Pamekas saat menyampaikan orasi ilmiahnya yang menjadi Profesor Riset ke 15 di Kementerian PU dan ke-427 se Indonesia.

Hal senada juga disampaikan oleh Djoko Kirmanto. Bahkan dirinya berharap agar program-program pembangunan infrastruktur PU dan Permukiman hendaknya menggunakan pendekatan wilayah dan daya dukung lingkungan. “Saya menyambut baik agar Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT), Integrasi AMDAL kedalam siklus pembangunan Infrastruktur PU dan Manajemen Konstruksi berbasis Sistem Manajemen Mutu dan Sistem Manajemen Lingkungan, yang pernah dilakukan dihidupkan kembali,” kata Djoko. Partisipasi masyarakat agar lingkungan terjaga sehat perlu lebih ditingkatkan.

Sehingga, isu lingkungan yang sudah mendunia tidak hanya menjadi icon-icon semata, tetapi bisa diimplementasikan. Pendekatan TdML bisa menjadi masukan bagi penyempurnaan kebijakan nasional pada penyelenggaraan penyehatan kawasan permukiman. Maka, perhatikan lingkungan sejak sekarang.
Pada kesempatan ini disampaikan pula Surat Keputusan Kewenangan Penilaian Angka Kredit Penilaian Jabatan Fungsional Peneliti dan Perekayasa dari LIPI kepada Kementerian PU yang diterima oleh Menteri Pekerjaan Umum. Artinya, sejak saat ini, PU bisa melakukan penilaian atas peneliti dan perekyasa bidang infrastruktur PU.

sumber:litbang.pu.go.id
Kita semua menyadari dan menyetujui bahwa pertumbuhan ekonomi dunia telah membebani keseimbangan sumber daya alam dan ekosistem,” ungkap Ketua BPK RI, Hadi Poernomo dalam acara pembukaan Pertemuan ke-13 Steering Committee Kelompok Kerja Audit Lingkungan Hidup Badan Pemeriksa Sedunia pada Kamis, 3 April 2014 di Hotel Sheraton Senggigi, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Ketua BPK RI memberikan sambutan sekaligus pembukaan pada pertemuan pertama BPK RI sebagai Ketua INTOSAI WGEA yang juga menangani kesekretariatan INTOSAI WGEA selama periode 2013 – 2016.

Foto: pembukaan Pertemuan ke-13 Steering CommitteeKelompok Kerja Audit Lingkungan Hidup Badan Pemeriksa Sedunia
Pada pembukaan tersebut hadir Anggota BPK RI Ali Masykur Musa, Sekretaris Jenderal BPK RI Hendar Ristriawan, Auditor Utama Keuangan Negara VI Sjafrudin Mosii, Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya, Gubernur Provinsi NTB TGB. HM. Zainul Majdi, Ketua Badan Pemeriksa Brasil dan Republik Ceko, para pemimpin LSM Indonesia, serta pejabat pemerintah daerah di NTB. Pertemuan ini diikuti oleh 16 Supreme Audit Institusions (SAI) yakni Amerika Serikat, Brasil, Cina, European Court of Auditors (ECA), Estonia, Filipina, India, Indonesia, Kamerun, Lesotho, Maroko, Mesir, Norwegia, Republik Ceko dan Selandia Baru.

“Tujuan utama dari pertemuan ke-13 ini adalah untuk membahas dan menyetujui kerangka kerja dari semua proyek dalam rencana kerja WGEA 2014 - 2016,” jelas Anggota BPK RI dalam pidato welcome remarks di hadapan 35 orang delegasi Steering Committee. Dalam rencana kerja WGEA 2014 – 2016 terdapat 11 proyek yang harus dilaksanakan. Proyek-proyek tersebut antara lain terkait bidang penelitian, pengembangan pedoman pemeriksaan dan peningkatan kapasitas auditor.

Pada kesempatan ini, Ketua BPK RI juga menyampaikan bahwa sebagai lembaga audit, BPK RI memiliki tugas penting untuk memantau dan mengaudit apakah pemerintah telah melakukan tugasnya dengan baik dalam melestarikan lingkungan. BPK RI sendiri telah melakukan sejumlah audit lingkungan di bidang energi, keanekaragaman hayati, perubahan iklim kehutanan, pertambangan, kelautan dan sungai.
Dari hasil audit tersebut, BPK RI telah menerbitkan rekomendasi untuk tindakan korektif dan perbaikan di bidang pengelolaan lingkungan oleh pemerintah yang diaudit. BPK RI juga secara teratur memonitor tindak lanjut dari rekomendasi tersebut serta mengukur kualitas tindakan korektif dan perbaikan yang telah diambil oleh pemerintah.

Keprihatinan atas kerusakan lingkungan hidup sebagai akibat dari eksploitasi sumber daya alam tanpa pengelolaan yang ramah lingkungan juga diungkapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dalam keynote speech-nya. Menteri Lingkungan Hidup menyampaikan pandangannya bahwa SAI dapat mendorong pemerintah untuk menggunakan dana publik dan mengeksploitasi sumber daya alam dengan cara yang lebih efektif dan efisien untuk kepentingan rakyat yang digunakan oleh pemerintah (pusat dan daerah) serta BUMN/D. Upaya ini dapat dilakukan melalui penyediaan hasil kinerja lingkungan audit oleh SAI, dalam rangka meningkatkan pengembangan kebijakan lingkungan dan implementasinya di Indonesia.
“Sebagai contoh, SAI dapat membuat audit kinerja yang terkait dengan sistem perizinan lingkungan, pemantauan kepatuhan lingkungan, dan dampaknya terhadap kualitas lingkungan,” tegas Menteri Lingkungan Hidup.

Sebelum acara pertemuan dimulai, para delegasi melakukan beragam kegiatan di sekitar Lombok, antara lain adalah penanaman pohon dan pelepasan penyu bersama Anggota BPK RI. Acara pertemuan Steering Committee yang berlangsung selama tiga hari ini ditutup oleh Wakil Ketua BPK RI, Hasan Bisri. “Saya berharap para delegasi mendapatkan waktu diskusi yang produktif selama acara ini berlangsung, “ ujar Wakil Ketua BPK RI. Di akhir acara Wakil Ketua BPK RI menginformasikan bahwa pertemuan WGEA ke-16 akan dilaksanakan di Filipina pada Oktober 2014.

sumber: bpk.go.id